PENDERITAAN

Penulis; Nazwa Tania Atika



    Ayah, gimana keadaan Ayah di sana? Apakah Ayah baik-baik saja? Apakah Ayah bahagia di sana? Ah, Ayah, rasanya Aku ingin kembali ke masa lalu. di mana Aku selalu dipeluk Ayah, jalan-jalan sama Ayah, merengek meminta ini itu, dan yang paling Aku rindukan, Ayah selalu membuatku selalu tidak merasa kekurangan dalam segi apa pun.

Dalam hati yang paling dalam, Aku kangen Ayah. Aku ingin balik lagi ke rumah. Di sini terasa hampa tanpa Ayah. Udara dinginnya terasa menusuk, meski raga ini dibaluti dengan selimut. Hanya kasih sayang Ayah yang mampu menghangatiku, yah. Aku menyesal telah meninggalkan rumah, tanpa berpikir panjang dan memilih pergi bersama dia yang kucintai—Alih-alih mendapatkan kebahagian yang begitu kudambakan, ternyata justru mendapatkan duka yang nestapa.

Cumbu mesra hanya kunikmati sebentar saja, setelahnya? Aku merana. Sungguh sakit yang kurasa. Kukira dia dapat menyayangiku seperti Ayah menyayangiku. Wajahnya yang rupawan, membuatku tidak pernah mengira dia akan bisa berbuat serendah ini. Setelah memilikiku, baru terbuka selapis-demi selapis karakter yang sebenarnya.

Tubuh ini kian melampai, pandanganku kian nanar karena terlalu sering dia menjadikanku samsak tinjunya. Dan pada akhirnya malam itu, di atas tubuhku yang sudah jatuh tersungkuk, dirinya melayangkan tendangan terakhir yang membuatku pingsan. Di situlah terakhir kali ia berbuat kasar padaku.

Di sinilah Aku. Sayup-sayup kudengar tangisan Ayah. Meraung-raung mencari dia yang sudah di bui. Aku merasa ketika semua orang telah pergi, hanya Ayah yang setia menemaniku.

Ayahhh,... tunggu Aku. Jangan pergi dulu.

Ayah, Tunggu Aku.

Dari kejauhan Aku melihat ada bayangan hitam yang mendekatiku. Selangkah Ayah meninggalkanku, selangkah pula mereka mendekatiku.

Ayah, tunggu, jangan tinggalkan Aku. Aku takut Ayah...

Tiba-tiba bayangan hitam itu merengsek dan membawaku ke tempat yang mengerikan dan membuatku sangat ketakutan. Tubuhkan bergeming, Aku merasa ketakutan, tidak bisa gemetar, tidak bisa menangis. Tubuhku serasa bukan miliku lagi. Mereka melakukan apa yang harus mereka lakukan padaku.

Man rabbuka?

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama