Header Ads Widget

Responsive Advertisement

MEMBEDAH RAHIM EXTREMOPHILLE (Bagian 1)

 

Penulis; Sri Hanung Prasetyo



Menjadi Rahim Ibu


aku segumpal lapisan elastis

setebal lambung hiena

dari sekumpulan hal-hal yang dinamis

berkembang pesat menuju

perpindahan pendudukmeski hanya satu;

yang dilegalkan menjadi

remah-remah manusia; entah

hanya doa ibu, dan Tuhan-lah yang

mengetahuinya.

                jadi apa diriku?

dan, lalu mereka mengutuknya

menjadi sebuah nama yang tak pernah

aku minta; membawa hari-hariku

dengan sebutan-sebutanpostmodern

mengubahnya menjadi nama baru

dari bibir teman dekat;

atau bahkan kekasih tercinta.

                      *

kemudian,

ada yang merasa tersingkirkan

meski hanya sebatas aku

yang belum bisa;

                                       ibadah;

                                                    mencuri;

               bertani; berburu;

                                menjadi pahlawan baru;

                      *

aku hanya bisa terdiam

merengekmengutuk geram

pada hal baru atau menertawainya,

dan apa-apa yang masih menjadi misteri

                            ibu. sebenarnya, aku ingin minta susu. bukan mengantuk

                            ibu tetap merasa benar

                            membawaku pada rahimnya

                            aku masih di paksa untuk bermimpi.

 

2025




Meminta Ayah untuk Membunuhnya

 

                                                Kepada diriku sendiri.

 

bangkai-bangkai anjing yang

menggelembung perutnyamemucati kulit

membotaki rambutnya satu per satu

seperti hutan bromo terbakar siasat cinta

meski disuburkan kembali dari ilalang yang baru menikah

lalu mati tenang—terbakar.

 

siang hari adalah waktu;

                   ia yang merasa tersingkirkan

untuk membalas kelancangan aku,

menyetujui untuk bermigrasi ke kota

penuh kehancuran yang entah jadi apa

aku disiniaku hanya ingin menangis.

 

tubuh ku sendiri diusungnya

ke kamar jenazahmeski hampir saja

kembali;  aku  mengemas tubuhku;

                        melipat tanganku;

                                               melipat kakiku;

              melepaskan kepalaku;

ia bereksperimen menjadikanku manusia amfibi.

 

ku temui ayah, yang menyeka

air mataku seperti hujan dihatinya.

kemudian ayah mengurung ia dalam

kemurkaan dan keterasingan;

yang ayah lakukan membuatnya semakin menjadi-jadi

ia menjegalku untuk bernafas,

ku berkata kepada ayah, dalam tangisku.

eeaaa….eeeaaa…owweee….oweeee

                           (ayah……tolong, bunuh ia!)

                            diterjemahkan dalam bahasa bayi

 

2025





Daur Ulang


aku tak pernah merasakan

bagaimana men-unboxing atau meriview

sebuah paket berisi mainan baru

yang dibelanjakan ayah.

 

aku selalu bertelanjang dada dihadapan cermin

memancing wajah bahagia;

meski temanku berkata dalam

salah satu puisinya bahwa;

                kebahagiaan adalah ikan-ikan berwajah murung

tak perlu aku mendatangi pekuburan

                                                 tanah kusir

atau bahkan harus mengantri parkir

dan menunggu manusia-manusia

                   bercinta; memperkosa mayat;

                                            berzinah dengan hidupnya;

          menikmati rangsangan semilir angin;

menatap cermin itu

melihatnya menampilkan episode

bagaimana si merasa tersingkirkan

bahagia; tertawa hingga pagi buta

ayah mencium keningnya bersuhu 36˚C

aku merasa tahu, kenapa ia merasa tersingkirkan.

 

lalu,

setelah itu ku nikmati

kebahagiaanku dengan hal-hal

yang di daur ulang.

 

2025


aku ingin memberi tahu kepada mereka bagaimana aku sekarang, menjadi apa sampai dewasa tak kutemui juga hal-hal yang seharusnya dulu aku dapatkan sebelum ayah menjadi seorang bajingan

 

aku hanya menjadi remah-remah popcorn di bawah kursi bioskop.

                                                                    aku malu punya ayah sepertimu





Pembawa Petaka

 
aku merasa rumahku membeku.

aku melayat kapal berlendir hijau; 

                    flying dutchman

sendirian menjadi ikan-ikan murung

ingin menakutinyaberbuat jahat itu

                                              menyenangkan.

hanya denging dan sepi

ditelingaku membawa gelombang frekuensi gain besar

menangkap suara dari kejauhan,

               aku merasa tubuhku konsol grandma3

 

mereka menatapku seperti

zombi-zombi lapar

menunggu darah dan daging segar

untuk di habiskannya.

          kemudian,

dari yang (bukan) mata kakiku

menangis; atas keruntuhan kekuasaan ayah

saat aku bermigrasi ke dunia.

                   sebab, aku hanya manusia pembawa peta(ka)

 

kembali kudatangi cermin

kupancing ikan-ikan berwajah murung

dan ingin men-screening film jelek

berupa tayangan dimana

ikan-ikan berwajah murung mengitari

ayah, ibu, dan si merasa tersingkirkan,

                                       di pondok indah, 2001.

 

2025

Sebelum Ciputat adalah hari-harinya.





Menjadi Tangan dan Kaki

 
magnetic resonance imaging;

gelombang radio magnetik kuat

memproses gambarsinar x memotretnya

seperti jerangkong yang nongkrong di taman literasi

mengantri berfoto dalam ruangan sekotak nasi padang

tubuh itu tertangkap menyisakan tulang belulang.

 

aku melihat ayah menjadi wajah

ibu menjadi kepala

si merasa tesingkirkan menjadi badan

dan aku menjadi tangan dan kaki.

 

mengangkat gelas-gelas wine

dan juga menggoreng sebuntal tahu walik

seperti membangun seribu candi

dalam waktu 12 menit

sebelum rorojongrang membatalkan pesanan

dan tidak ingin kembali ke ruang itu.

 

sebuah tujuan yang masih terbesit adalah;

untuk bisa membuat dapur lebih ngebul

dari perokok elektrik,

untuk bisa ibu men-unboxing dan meriview

skincare, tapi tidak menjadi detektif

untuk bisa ia yang merasa tersingkirkan

dapat mengenyam pendidikan

yang dalam dunia modern; bisa digunakan untuk

menaikan taraf atau sebagian manusia modern

lainnya, menganggap

menganggur dengan gaya.

 

ingin kulepaskan

kedua tangan dan kaki itu

menaruhnya dalam bingkai yang akan

lapuk di mamah rayap dan waktu.

                                   tapi,

                                   aku tak pernah terbesit

                                   bagaimana nanti ketika mereka ingin bergerak?

 

2025

Selanjutnya pada bagian 2...

Posting Komentar

0 Komentar